Minggu, 27 November 2011

Si Tabu



Ketika kau laru
Dalam setiap hembus di telinga
Ketika kau ragu
Maka diam dan nikmatilah
Duuu..didadidum...

Haha...ngga tahan buat nulis tema yang satu ini. Memang nggak akan pernah habis ide atau bahkan tidak sengaja bertemu dengan tema yang universal ini.

Jadi...ini memang sudah pagi di Pusat Jakarta, jam di layar PC menunjukkan angka 0:24 dan nanti sekitar 4 jam dari sekarang aku harus bergegas ke bandara sekedar untuk menularkan racun-racun yang sudah kita racik bersama.
Jam segini perut tak bisa diajak kompromi padahal sore sudah makan semangkok mie goreng dan segelas besar es susu soda. Hasshh..terpaksa nyebrang gedung bareng teman mencari kira-kira ada yang bisa mengganjal perut.

Ketemulah tukang nasi goreng gila dan segera memesan kemudian mencari tempat duduk seadanya di pinggiran taman yang cukup terkenal di Jakarta ini. Lokasinya strategis...terlalu strategis sehingga meskipun sudah pukul 23.45 tadi, masih banyak terlihat pasangan muda-mudi asik duduk di pinggir air mancur dan si mudi menyenderkan kepalanya di bahu si muda, hahaha...
Sialnya gue yang mau menikmati sepiring nasi goreng gila harus ikhlas menerima orang di sebelah gue adalah teman kerja dengan jenis kelamin yang sama *tepokjidat

Gue kira si Om blablabla nggak tertarik melihat pemandangan orang pacaran, eh ternyata topik pembicaraan dari awal duduk di atas aspal di pinggir taman sampai kembali ke ruangan pembicaraannya malah nggak jauh dari situ. Tambah asyin lah gue malam ini.
"Gue jadi inget dulu pacaran di situ tuh San." sambil menunjuk kursi panjang di bawah pohon besar.

"Oo..." gue nggak mau nanggepin serius.
"Awalnya sih enak, duduk trus pesen makan..minum sambil ngobrol sampe malem." Om kembali melanjutkan pembicaraan.
"Wah enak dong Om?" kembali menjawab singkat.
"Ya gitu deh, tapi akhirnya pasti berantem sampe diliatin orang. Kalo inget lagi gue jadi malu sendiri, hahaha..." Om blablabla hanya menatap kosong ke depan.

Sumpah gue nggak senep sama cerita itu sampai akhirnya gue mengeluarkan pertanyaan yang nggak disengaja.

"Emang tahun berapa tuh Om pacarannya?" tampang gue polos.
"Ya belom lama itu sekitar tahun 2009 kemarin." Om menjawab sambil memasukkan nasi goreng gila ke mulutnya.

Wait...tahun 2009 kenapa masih suasana pacaran padahal si Om udah punya 3 anak mana udah ada yang kerja pula.

"Jadi tuh gue berantem gara-gara gue di duain. Awalnya gue nggak tau udah di duain sama pacar gue sampe suatu hari gue telpon nggak diangkat-angkat akhirnya gue samperin ke rumahnya baru ketahuan dia lagi selingkuh telpon pacarnya yang lain." Om semangat membara menceritakan pengalamannya diselingkuhin pacarnya.

Oke...gue hanya akan melanjutkan dengan pertanyaan I think we have to stop this conversation or i've to keep your big secret which i'm not interested to know it more.

Aslinya gue udah tau kalo si Om blablabla punya pacar di kantor yang notabenenya adalah pekerja kontrak dan cerita ini sudah tersebar di seluruh antero ruang kantor bagian sayap kiri ke belakang. Awalnya gue hanya anggap becandaan hingga akhirnya gue denger sendiri dari ybs.
Kadanga gue nggak mau terlalu mendalami membicarakan masalah satu kata tabu yang diulang tiga hingga empat kali dalam sekali percakapan. Pengalaman gue nggak semanis yang mereka rasakan berbicara tentang yang satu ini. Sebenernya gue bukan korban, gue pernah diselingkuhin oke, tapi gue nyantai aja waktu itu karena gue punya banyak teman yang lebih menyenangkan dibandingkan harus mengurus satu wanita, nganterin ke mall, salon, makan di resto favourite dengan menu kesukaan yang harus dipaksakan untuk disamaian tiap memesan makanan. Di lain hal, gue suka membantu teman-teman menyelesaikan permasalahan mereka terkait hal yang satu ini walaupun nggak semua berhasil sesuai yang diharapkan.

Puluhan atau bahkan ratusan kejadian yang melibatkan kata tabu yang satu ini sejak gue duduk di bangku Sekolah Dasar,

pertama, waktu SD gue harus duduk sama cewe yang dimana cewe tersebut adalah pacar dari jagoan sekolah saat itu dan si jagoan sekolah pernah datang ke meja gue dan bilang sambil nunjukkin telunjuk ke idung gue kemudian bilang "Lo harus jagain pacar gue, awas kalo dia sampe kenapa-kenapa." Oke gue jagain, gue rapihin kertas file koleksinya, gue hibur kalo dia lagi berantem sama si jagoan, gue bantuin buat tugas, gue temenin ngobrol tiap pulang sekolah kalo supirnya belum dateng dan akhirnya...si cewe malah nembak gue di saat jam pelajaran lagi serius yang akhirnya temen di meja belakang gue denger kemudian melapor sama si jagoan. Terpaksa gue harus jadi patung tiap si cewe ngajak ngobrol atau gue siap nerima boegm mentah.
kedua, SMP kelas 3 gue mau masuk kelompok cewe-cewe gokil dengan tidak memaksakan pribadi gue berubah layaknya cewe, mereka menerima hingga akhirnya gue dipaksa menyebutkan cewe yang gue taksir padahal saat itu bener-bener blank dan memang nggak ada yang lagi ditaksir. Karena dipaksa harus menyebutkan akhirnya sembarang cap cip cup gue pilih cewe putih dari kelas 3 C kemudian gue dipaksa nembak dan gue tembak saat itu juga. Gue ditolak nggak diterima juga nggak hingga kelas 2 SMA gue kembali bertemu si cewek dan si cewek ngatain gue macem-macem kemudian keluar kalimat sakti "Lo jadi cowo jangan pernah mainin perasaan cewe lagi! Lo nembak gue berulang kali tapi lo nggak pernah nanyain jawaban dari gue apa? Maksud lo apa mainin gue kaya gitu?" Intinya si cewe udah mau jawab "tembakan" gue tapi malah gue yang nggak pernah ngurusin apa jawaban dia. Akhirnya keluar gosip gue penjahat kelamin, suka mainin cewe dan blablabla...maka rusaklah nama baik gue.

ketiga, kelas 3 SMA saat semua murid bingung mencari pasangan karena sudah mau lulus dan mencari momen berkesan di sekolah. Tiba-tiba seorang wanita yang notabenenya adalah temen main dari kelas 2, SMS gue kemudian menanyakan apakah ada cewe yang lagi gue taksir? Kali ini gue bilang dengan spontan kalo yang gue taksir justru cewe yang SMS gue itu,padahal gue jawab itu sambil ngantuk karena udah tengah malem dan 3 hari setelahnya justru gue dipaksa nembak itu cewe dan sekali lagi ke-isengan gue berbuah manis, karena "tembakan" gue diterima dengan dada terbuka (cesored). You know what? adik kelas yang gue incar dari awal tahun dan rencananya akan gue "tembak" setelah acara Bulan Bahasa di sekolah, mengetahui perihal jadian gue yang sangat tidak disengaja kemudian SMS di suatu malam dan bilang "Ka, aku anggap Kaka kaya Kaka kandung aku sendiri aja ya?" Gue yang tangannya gemetar membaca SMS kaya gitu akhirnya pasrah dan membalas SMS maksa juga "Iya gapapa gue juga seneng punya adik yang cantik, pinter, sexy, gaul, jago olahraga, anak tunggal..." dan blablabla lainnya yang intinya...sebenenrnya gue berharap dia yang jadi pacar gue :(

itu cuma tiga contoh dari pengalaman gue dengan satu kata tabu itu tapi setelah mendengar cerita si Om, ternyata kisah gue ini belum seberapa. Om sekali lagi sudah punya istri dan 3 orang anak tapi dia tidak canggung untuk menceritakan pengalamannya berpacaran dengan orang sekantor. Ini memang jadi tidak benar dari satu sisi kaca mata tapi gue pikir kenapa harus jadi begitu dipusingkan?

Orang bilang pernikahan itu sakral dan hanya berlaku sekali untuk seumur hidup, oke gue setuju. Gue juga akan berbuat seperti itu setelah gue menikah, tapi lo semua harus melihat fakta di lapangan.

Sepasang artis senior akhirnya bercerai dengan alsan si artis pria menemukan cinta sejatinya sejak zaman sekolah, kemudian apa kita akan berkata "Ngapain lo kawinin istri lo kalo hati lo buat wanita lain?" itu bukan hak kita kawan.

Atau ada cerita lain, seorang bapak-bapak dipukulin anaknya karena ketahuan akan menikah lagi dengan wanita lain. Apa ini juga menjadi tanggung jawab kita untuk mengatakan kepada si Bapak bahwa itu tidak benar?

Gue mungkin akan menerima banyak cercaan melalui pendapat gue ini, tapi gue hanya meminta pengertian kepada semua orang di jagad raya entah itu pemuja aliran jender atau bahkan aliran ekstrimis feminisme yang menganggap sebuah pernikahan adalah dera bagi si wanita sehingga akhirnya memilih untuk tidak menikah seumur hidup bahwa, "biarkan si tabu itu memainkan perannya."

Udah banyak yang bilang kalo "si tabu" ini membuat hidup kita seakan terbang melayang, membuat semua menjadi hambar dan sebagainya, itu memang kekuatan "si tabu" dan siapa yang dapat melarangnya?
Bayangkan ketika seorang dosen bermain dengan "si tabu" kemudian akhirnya menjalani hidup dengan mahasiswanya, bayangkan ketika seorang guru ngaji akhirnya menikah dengan santrinya, bayangkan ketika seorang tuan menikah dengan pembantunya dan bayangkan ketika suatu hari aku menikah dengan seorang wanita yang aku sendiri akan seperti apa walopun saat ini aku juga punya teman wanita, bayangkan apa kalian mampu untuk menghalangi "si tabu" memainkan perannya?

Ini zaman sudah edan, tapi jangan kita menjadi lebih edan karena harus mengikuti kemana "si tabu" melangkah dan bermain peran. Tiada melihat usia, tiada melihat status, tiada melihat kedudukan maka "si tabu" akan menyerangmu secara bertubi-tubi hingga kau tidak bisa merasakan nikmatnya kuah mie Jawa, atau sushi dengan washabinya yang semriwing, atau merasakan efek dahsyat dari makan sate kambing sunda kelapa?

Ini gila kawan, ini lebih dahsyat dari bom Hiroshima dan Nagasaki, ini bisa menjadi momentum menyatukan manusia di se-antero jagad bumi. Ini bisa membuat frankenstein bangkit kembali dari tidurnya. Tapi kenapa kita tidak pernah membiarkan "si tabu" sedikit bebad bergerak.


Maka dengan ini saya hanya ingin mengatakan, 

tutup matamu, hirup udara sedalam-dalamnya, biarkan si tabu menari-nari dan menembus dinding-dinding hati, karena mulai malam ini adalah saat yang tepat untuk kita

B.E.R.C.I.N.T.A



Sunday, 01:25 AM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar