Senin, 22 Oktober 2012

GERILYA

Gerilya




Sampah ya tahun ini bener-bener miskin pemikiran. Blog cuma keisi 4 tulisan sisanya cuma jadi draft yang ngga jadi dishare karena ragu buat sekedar share padahal otak juga otak gue, jari juga jari gue yang ngetik sendiri kenapa takut dikomenin orang ya?
Ngomong-ngomong tentang gerilya nih ya, kata-kata ini pasti zaman kita sekolah SD dulu di tahun 90an waktu masih ada pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) sering banget kita denger. Iconic banget Perang Gerilya dengan Jenderal Sudirman, tapi sebenernya ngga cuma Jenderal Sudirman aja yang menjalankan perang gerilya. Pejuang-pejuang kita di daerah-daerah juga melakukan perang gerilya karena mereka saat itu sangat minim dengan persenjataan tapi sangat menguasai medan pertempuran. Terus saingan dari Startegi perang gerilya apa?
Jawabannya udah jelas kalo ngga Benteng Stelsel ya strategi adu domba. Ini yang dipake sama orang Kompeni zaman dulu yang awal-awalnya berhasil tapi akhirnya gagal total. Atau ada juga yang lebih licik yaitu strategi ditipu seperti yang dialamin oleh beberapa pahlawan kita dulu. Maksudnya strategi ditipu itu awalnya diajak rapat sama kompeni trus diruang rapat tiba-tiba ditangkep atau malah ada yang langsung ditembak mati.
Strategi-strategi macam zaman susah dulu itu ternyata saat ini masih juga digunakan. Tujuannya intinya sama-sama ingin mencapai sebuah VICTORY, tapi VICTORY itu sendiri kan modelnya macem-macem ya?Ada yang mendapatkan kejayaan karena memang diperjuangkan dengan sepenuh hati, pantang menyerah, mau mengenal kekurangan diri sendiri dan memperbaikinya dan lain-lain. Sedangkan kejayaan dalam hal negatif justru sebaliknya, maunya singkat dan cepat, sepenuh hatinya dengan bermacam cara, gampang nyerah akhirnya cari jalan pintas macam membayar tilang di tengah jalan tanpa ikut pengadilan dan lain-lain.
Sekarang kita bahas yang Gerilya aja ya?Di dalam dunia kerja, ngga selamanya kita akan selalu berada di dalam Comfort Zone atau Zona yang nyaman. Maksud Zona nyaman ini bukan dalam artian sempit yaitu pada saat seseorang sudah menduduki jabatan tertentu maka dia enggan untuk beralih bahkan terkadang menjadi sangat parno alias paranoid kalo-kalo aja ada orang lain yang akan mengambil jabatannya. Comfort Zone disini bisa juga diartikan pada saat kita udah enjoy sama kerjaan kita tiba-tiba aja ada yang ngusik kenyamanan itu padahal kerjaan udah dibagi masing-masing. Selain itu ada juga orang yang senengnya ngusik privasi orang lain padahal kerjaannya sendiri belom selesai dan kalo udah selesai belum tentu juga bener.
Masalahnya apa kaitannya dengan gerilya itu tadi?emangnya kita mau perang sama siapa?apa yang diperjuangkan dan apa tujuannya?
Sekali lagi kita ngomong dunia kerja yang walaupun terlihat kompak bekerjasama tapi ambisi-ambisi terselubung siapa yang tahu?Persiapan lahir bathin sudah harus dimiliki sejak awal kita memasuki dunia kerja. Di dunia bisnispun seperti itu tapi karena bisnis bersifat perorangan atau antara orang-orang yang sebelumnya sudah terikat mungkin ngga akan terlalu berpengaruh. Jadi konsep gerilya dalam dunia kerja adalah pada awalnya menjadikan sebuah tujuan dari sebuah proyek sebagai musuh kita bersama yang harus kita taklukan. Sama seperti perang gerilya pasti ada yang memimpin, ada yang dijadikan umpan untuk menarik perhatian musuh, ada yang sengaja dikirim untuk bernegoisasi jika dimungkinkan, tapi yang jelas perang gerilya itu harus punya tujuan. Tujuannya adalah ya itu tadi, mencapai VICTORY dengan kemuliaan. Jangan pula gerilya dijadikan alat abadi atau seumur hidup terus bergerilya bisa-bisa ada satu titik jenuh yang membuat semua menjadi gagal total. Contoh kejenuhan gerilya itu yang paling fatal terjadi pada saat Che Guevara terus menerus melakukan perang gerilya untuk menyebarkan paham yang dia anut hampir ke seluruh wilayah Amerika Latin. Memang kemenangan demi kemenangan sudah diraih namun strategi yang digunakan karena terus menerus menggunakan tak-tik perang perang dan perang padahal ketika memenangkan sebuah peperangan kita perlu melihat terbukanya strategi lain sehingga rasa jenuh itu tidak terjadi.
Gerilyawan atau orang-orang yang melakukan gerilya itu memang pada awalnya berkelompok dengan dikomandoi oleh satu orang komandan, tapi para gerilyawan juga harus siap jika pada satu titik waktu harus berjuang sendiri karena tugas yang diberikan memang harus dilakukan sendiri. Atau dalam kondisi ekstrim dapat kita katakan bahwa seorang gerilyawan harus siap berjuang sendiri karena para gerilyawan lain terkonfirmasi dalam keadaan "mati".
Untuk kondisi kedua tadi, pilihannya ada 3 sodara:
1. Gerilyawan sejati akan terus berjuang hingga terdesak dalam kondisi dan akhirnya juga tertembak mati. Jenis gerilyawan seperti ini tidak ada yang memberi penghargaan karena memang tidak terbersit sedikitpun di otaknya untuk mendapatkan embel-embel penghargaan atau pengakuan sebagai pahlawan. Contoh dari gerilyawan ini sendiri adalah Che Guevara tadi. Che sendiri akhirnya tertangkap oleh pasukan tentara Bolivia sebelum akhirnya tewas di tangan Mario Teran seorang algojo yang sebelum mengeksekusi menanyakan terlebih dahulu kenapa seorang Che mau hidup menderita untuk sebuah prinsip yang dia sendiri tahu akan seperti apa nasibnya kelak. Dalam film yang pernah gue lihat, Sang algojo sempat tercengang mendengar jawaban dari seorang Che dari pertanyaan yang dia ajukan sendiri. Tapi Che dengan tegas mengatakan bahwa Sang Algojo harus melaksanakan tugasnya yaitu si Che sendiri dan dia akan mendapatkan kebanggaan karena telah mengeksekusi seorang pria sejati. Che mati dengan sembilan tembakan yang dilepaskan oleh Mario Teran. Ibarat para pecinta alam, Che adalah seorang "pembabat alas" yang hidupnya hanya melihat alang-alang yang merintang tetapi dia yakin ketika dia terus membabat alas tadi maka suatu saat orang-orang yang berjalan di belakangnya akan menyaksikan sebuah "cahaya terang" di waktu yang dia sendiri belum dapat menentukan namun diyakini akan terjadi.
2. Gerilyawan ini mendapatkan sebuah VICTORY atau kejayaan setelah menjalani perang gerilya yang dia lakukan sendiri. Tipe seperti ini hanya dimiliki oleh seorang pejuang dengan tingkat intelejensi tinggi dan keberanian di atas rata-rata. Kombinasi dahsyat tersebut dimiliki oleh seorang Fidel Castro yang tidak lain adalah kawan lama dari gerilyawan Che Guevara. Fidel adalah ahli strategi perang yang ciamik dengan peralatan yang sederhana. Saat bergerilya bersama Che, Fidel tidak hanya menjadi pemimpin dari sebuah sejarah perang gerilya paling sukses di dunia tapi juga dia sendiri yang mengatur strategi perang yang akan dilakukan pada saat itu. Pola pemikiran antara Che dengan Fidel memang kadang mengalami pertentangan tapi keduanya akan selalu menjadi sahabat. Che orang yang berpendapat bahwa strategi akan segera ditemukan pada saat kita sudah turun ke lapangan sedangankan Fidel berpendapat bahwa sebelum berangkat berperang kita sudah memaksimalkan amunisi yang tersedia walaupun bersifat sangat terbatas. Orang seperti Fidel akhirnya memimpin Cuba sepanjang sisa hidupnya. Prinsipnya untuk melawan kapitalisme dan imperialisme tetap dipegang teguh bahkan dia mampu menyebarkan virus-virus kejeniusan dan keberaniannya kepada beberapa pemimpin negara di dunia. Fidel dianugerahi dua hal tadi dengan prinsip anti kapitalisme sebagai pagar yang tidak boleh dia langgar. Dua keberhasilan Fidel tidak hanya memenangkan pertempuran gerilya tapi juga dia mampu melakukan kaderisasi kepada calon-calon pemimpin dunia lainnya. Kaderisasi Fidel biasanya diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata seperti menolak segala kebijakan atau sekedar diskusi-diskusi dari para agen-agen kapitalisme global atau bertemu dengan pemimpin lain kemudian sedikit demi sedikit menularkan virusnya. Fidel Castro gue anggap sebagai seorang developer sebuah paradigma hidup yang fundamentalis. Dia berjuang sendiri dengan cara yang jantan untuk mendapatkan sebuah tatanan kehidupan seperti yang dia harapkan dengan tanpa mengharap bantuan atau bahkan menjilat pihak lain untuk mencapai tujuan tersebut. Kalo tidak salah seorang Fidel Castro memiliki latar belakang pendidikan di bidang kedokteran.
3. Gerilyawan jenis ketiga adalah gerilyawan jenis kacangan dan akan mati dalam kesendirian.Kita akan sangat mudah menemukan jenis gerilywan seperti ini di zaman modern sekarang ini. Tipe ketiga ini tidak dapat disalahkan karena salah satu keunggulannya adalah dia akan menggunakan segala cara dan segenap daya yang dia punya untuk sebuah cita-cita yang hanya memiliki implikasi bagi dirinya sendiri. Bedanya dengan jenis gerilyawan jenis ke.2 adalah untuk gerilyawan jenis ke.3 biasanya berprinsip bahwa dia harus menjadi pimpinan terlebih dahulu baru dia berpikir akan mampu berbuat sesuatu padahal sebaliknya. Dia tidak melihat proses menjadi seorang pimpinan secara utuh atau bahkan dengan "kaca mata kuda" yang dia gunakan maka yang terpampang di hadapannya hanya sebuah tujuan yang akhirnya bersifat semu. Apa maksudnya tujuan yang bersifat semu?Yaitu pada saat tujuan sudah diperoleh kemudian orang-orang seperti ini akan mengalami kebingungan bagaimana cara melangkah ke depan bersama orang-orang yang berada di belakangnya. Tipe gerilyawan instan ini akan mati dimakan zaman atau bahkan mati dimakan oleh orang-orang yang berjalan di belakangnya karena mereka justru berpikir bahwa gerilywana instan yang sudah menjadi pimpinan ini hanya menjadi penghambat bagi berjalannya sebuah perkumpulan dengan sebuah tujuan yang tidak mampu digambarkan secara utuh kepada orang-orang yang dia pimpin. Untuk gerilyawan tipe terakhir ini tidak perlu saya berikan contoh tapi yang jelas mereka hanya punya-punya setinggi langit-langit rumah. Mereka terhalang oleh genting-genting yang tersusun rapi dan merasa cukup puas hanya sampai di situ. Padahal untuk gerilyawan lain justru akan memecahkan susunan genting-genting tadi karena mereka yakin ada yang jauh lebih tinggi dan lebih indah daripada tingginya langi-langit rumah.

So...jadi...ketika kamu bernasib menjadi seorang pekerja kantoran atau yang kerennya disebut sebagai karyawan, mumpung masih muda ada baiknya kamu mulai memikirkan hal-hal sepele di atas. Untuk para pimpinan yang saat ini sukses menjadi Gerilyawan Instan dan menikmati kondisi tersebut ya silahkan saja. Atau kalo dirasa menyesal dan ingin berubah pada dasarnya masih ada waktu. Minimal seperti dalam Filim Kicking and Screaming maka para Gerilyawan Instant ini harus berani mengatakan dengan tegas "HEY, KALIAN SUDAH LIHAT APA YANG SUDAH SAYA KATAKAN SELAMA INI...OLEH KARENA ITU MULAI SEKARANG SAYA MEMERINTAHKAN KALIAN HARUS MELAKUKAN SEMUA HAL YANG BERLAWANAN DENGAN APA YANG SUDAH SAYA KATAKANN SEBELUMNYA! MARI BERSENANG-SENANG!"



Cititel Hotel Room 632, Pekanbaru 23102012 Pkl.10.25