Rabu, 03 Juli 2013

Review Film "American Pie: Reunion"




Oke ya, malam ini temanya review Film "American Pie: Reunion" yang merupakan sekuel ke sekian dari Film pertamanya "American Pie". Meskipun gue ngga apal banget urutan filmnya tapi gue udah tonton semua sekuel Film American Pie sampe-sampe di tempat jualan DVD langganan dijual DVD covernya American Pie ke sekian tapi dalemnya ngga jelas sama sekali film apaan.
Untuk mengingat kembali, American Pie ini cerita 5 orang sahabat (1 adisional: Stifler) yang selalu punya cerita-cerita konyol dengan berbagai macam hal terkait dengan sex...sex...dan sekali-sekali juga berbicara tentang...Sex..hahaha sama aja ya?
Tapi setelah gue perhatiin semakin lama si sutradara yang buat film ini gue anggap makin dewasa dan makin mencerdaskan.
Kenapa gue bisa bilang kaya gitu?
Gue inget banget awal film American Pie muncul semua yang pengen nonton (termasuk gue) orientasinya adalah pengen liat cewe telanjang tanpa ada tedeng aling-aling. Gue aja waktu pertama kali mau pinjem VCD American Pie pertama kali di tempat langganan sewa, gue keringetan banget pas udah liat kotak VCD nya American Pie ada di depan mata gue hahaha...kalo zaman dulu film begituan udah dibilang film "Semi" (you know what i mean). Udah gitu waktu mau nonton harus sendirian di dalem kamar dikunci pula trus dengerinnya pake headset biar ngga kedengaran sampe keluar padahal kamar udah ditutup aja nyokap udah langsung curigation hahaha...
Tapi semakin kesini harus gue akuin filmnya semakin "dewasa dan mencerdaskan". Meskipun adegan vulgarnya semakin banyak, tapi pembelajaran yang diberikan juga banyak. Contoh di American Wedding waktu si Stifler ngerusak acara weddingnya Jim sama Michelle, akhirnya Stifler berhasil membalikkan keadaan dengan mengadakan "Wedding Party" yang ngga akan pernah dilupain saking romantisnya.
Di FIlm yang terakhir "American Pie: Reunion" materi ceritanya juga tambah dewasa. Kita bisa lihat saat Jim dan Michelle sudah punya anak dan akhirnya mereka tidak pernah berhubungan Sex lagi yang buat kehidupan rumah tangganya jadi hambar. Jadi di sini kita bisa dapet pelajaran bahwa Ngga ada alasan untuk berhenti berhubungan Sex apalagi dengan alasan harus mengurus anak dan itu cerdas banget.
Udah gitu ada cerita cintanya Chris Ostreicher yang mengajarkan kita bahwa namanya jodoh itu ngga bisa dibohongin, meskipun lo udah berhubungan dengan seseorang tapi jodoh lo akan datang sendiri tanpa diduga-duga dan lo harus mengambil resiko terburuk untuk mendapatkan jodoh lo itu. 
Ada lagi cerita si Kevin yang menunjukkan sosok seorang yang setia meskipun godaan dahsyat udah ada di depan mata. Sebagai laki-laki wajar melirik cewe lain dan sebaliknya, tapi yang namanya kesetiian itu di atas segalanya dan hati kita ngga akan pernah bohong untuk sebuah perselingkuhan hanya akan berakhir pada kekecewaan mendalam.

Sebenernya cerita yang ngga menonjol tapi menurut gue dapet banget tuh ceritanya Finch sama Stifler. Finch yang idealis banget sama cita-citanya pada akhirnya harus menerima kenyataan bahwa takdir ngga selamanya sesuai dengan yang diharapkan karena pada akhirnya dia bekerja sebagai seorang pegawai dengan pekerjaan yang membosankan dan punya Bos yang ngga banget. Lain halnya dengan Stifler yang bekerja tanpa dia tahu apa yang sebenernya dia lakuin. Stifler memilih untuk keluar dari pekerjaan itu karena dia sadar dia ngga dapet "soul" nya di pekerjaan itu.


Film Amerika itu kadang terlalu konspiratif, tapi justru menambah banyak ilmu yang ngga kita sangka-sangka sama sekali. Meskipun gue ngga suka Film Star Trek karena "absurd", tapi minimal mereka mengajak kita berpikir keras tentang sebuah kehidupan maupun canggihnya sebuah teknologi yang mungkin kita sendiri sama sekali ngga pernah terpikir buat menciptakannya. Gue harap sutradara-sutradara di Indonesia akan menciptakan sebuah film-film bermutu suatu hari (saat ini sudah mulai muncul bibit-bibit itu) dan jangan pernah sekali-kali berpikir membuat tema Fim Sex tapi hanya sebagai bungkus dari makna Sex itu sendiri. Selain bikin otak bego, keuntungan yang di dapat gue yakin ngga berkah deh atau minimal pasti cepat habis karena cara dapetinnya juga "Aneh".


Kalo menurut gue pribadi, "Movie should become a part of Evolution."

Sabtu, 08 Juni 2013

How About Tomorrow?

HOW ABOUT TOMORROW?
 
 
"Pancasila adalah terjemahan dorongan hati manusia Indonesia kedalam dimensi sosial-politik. Dalam Pancasila, bangsa Indonesia melihat wajahnya sebagaimana ia mencita-citakannya,"
-Taufik Kiemas-

Breaking News
 
 

















Sabtu malam sepulang dari berkunjung ke rumah Budhe di Cijantung gw online pake modem dan langsung buka Detik dan agak nggak percaya waktu baca di Berita Utama ada tulisan "Taufik Kiemas Wafat".
Gw sih ngga begitu memperhatikan berita-berita terkait Pak Taufik tapi yang berita yang selalu gw denger adalah Pak Taufik yang notabene-nya adalah suami dari Mantan Presiden Megawati ini punya puluhan Pom Bensin di seluruh Indonesia, Pak Taufik ini punya banyak bisnis, Pak Taufik ini yang membiayai roda politik Partai PDI-P, baru yang terakhir, Pak Taufik ini Ketua MPR-RI.
Siapa Pak Taufik Kiemas (dikenal: TK) juga ngga begitu gw peduli tapi sebenernya gw selalu respect karena Pak Taufik ini salah satu tokoh (entah itu dia sebagai politikus) yang selalu mengingatkan kita tentang PANCASILA.
Politik di negara ini kasar banget ya?culas juga mungkin?
Kalo ditanya, berapa persen tokoh di negara ini yang sering muncul di layar kaca selalu konsisten ngomong tentang Pancasila? Silakan aja jujur jawab sendiri di hati masing-masing.
Inilah politik yang gw bilang kasar dan culas karena ketika ada tokoh yang sangat konsisten ngomong tentang jati diri ini bangsa malah "dikaburkan" dan berita di layar kaca lebih senang "mengidentifikasi" Pak Taufik sebagai seorang pebisnis. Sakit sodara-sodara!
Gw pernah nulis di salah satu situs tentang betapa culas dan bodohnya para pejabat di negara ini terutama di kalangan dunia pendidikan karena DENGAN SENGAJA sedikit-sedikit menjauhkan generasi bangsa ini dari sejatinya jati diri PANCASILA. Mau tau buktinya?
Dulu gw sekolah kelas 1 SD sekitar tahun 1996 masih nerima pelajaran Pendidikan Moral Pancasila alias PMP. Di dalam pelajaran ini gw inget banget ada pelajaran budi pekerti harus salaman sama orang tua saat akan pergi kemana-mana dan juga dengan guru di sekolah saat masuk dan pulang sekolah. 
Pelajarannya simpel tapi kadang kita ngga lihat makna yang ada di dalamnya. Jujur sampe sekarang kalo gw harus bepergian tanpa salaman dulu sama nyokap saat berangkat, gw bakalan galau selama perjalanan.karena berkahnya Allah itu berkahnya orang tua kita.
Trus...waktu duduk di bangku SMP sekitar tahun 1997 pelajaran PMP diubah jadi pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Pelajaran ini ga sembarangan brur...semakin tahun semakin susah apalagi waktu Ujian Akhir Nasional SMA itu meskipun soal pilihan ganda tapi semua jawabannya baik-baik dan kita harus memilih satu jawaban terbaik.
Lo lihat pelajaran anak-anak sekolah zaman sekarang, pelajaran PANCASILA dihilangkan brur...KACAU INI NEGARA!
Gw cuma mengibaratkan kondisi negara saat ini ibarat lo keluar rumah mau jalan-jalan tapi lo ngga pake baju celana gitu brur...lo mau nikah ngga pake ijab kabul di depan penghulu...gimana tuh?BUYAR SEMUA!!
 Pak TK kalo berdasarkan berita-berita punya pom bensin sama bisnis banyak emang identik sama istilah "Tajir" tapi kita lihat donk di akhir hidupnya beliau gembar-gemborin bisnisnya atau ada hal lain yang lebih "senang" beliau bicarakan di depan publik? 
Istilah "4 pilar kehidupan bangsa" udah identik banget sama Pak TK. 4 pilar kehidupan bangsa itu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, dan ngga sembarangan manusia yang bisa paham dari segi konseptual maupun implementasi.
Pak TK itu bisa dikatakan sejatinya seorang warganegara dan anak bangsa. Di saat para politikus muda bermain hati dan mendua menjadi pelacur demokrasi, justru Pak TK menghabiskan waktunya untuk membangun fondasi kehidupan (ekonomi) dan di saat yang dia rasa cukup tepat, dia mengabdikan sisa hidupnya untuk mengabdi sama negara ini.

Is He a politician? Absolutely Yes. Menjadi politisi itu tidak sekedar cantik dalam berdialog dan berdialektika, tidak pudar saat yang lain coba memudarkan dan tidak terlalu sumringah saat kejayaan berteman. Saat Bu Mega menjadi Presiden memang beberapa kebijakan dianggap keliru dan diantaranya berhasil dicap sebagai "KEBIJAKAN MENJUAL NEGARA." Tapi di politik siapa yang bisa menilai derajat kemuliaan dari sebuah kebijakan?media kah?
 Is He a Bussinessman? Oh come on...dia ngga ngitung lagi uang di tabungan. Biaya nyapres istrinya yang dua kali gagal apa dia pernah hitung-hitung?lihat dibalik itu semua, kenapa dia merasa berkepentingan untuk mencalonkan istrinya kembali menjadi Presiden.cuma dia dan Tuhan yang tahu.

Apakah dia tokoh bangsa?Ya...Pak TK adalah musuh abadi dari para politikus karbitan. Ingat Bung Karno, berpolitik dan dipolitisasi sampai ajal menjemput?Pak TK mencoba keluar dari politisasi para politikus karbitan tersebut dan berhasil menampilkan dirinya sebagai sosok Taufik Kiemas yang memiliki ciri khas tersendiri di mata masyarakat Indonesia. Itu yang jarang dimiliki oleh para pimpinan yang mengaku pemimpin bangsa saat ini.
Pak TK adalah Profesor tanpa sertifikat karena beliau berhasil mencetuskan ide 4 pilar kehidupan bangsa tadi. Ide yang melebihi hasil riset profesor-profesor yang ada saat ini karena masyarakat adalah laboratorium tempat beliau melakukan eksperimen.Bagaiman dengan para pimpinan bangsa yang tersisa saat ini?Bagaimana dengan kelanjutan roda negara ini?dan bagaimana dengan esok hari Indonesia?

Intinya, Harus ada Respect untuk Pak Taufik Kiemas.

Kamis, 20 Desember 2012

Life and Being So Alive

Life and Being So Alive


And here we are...
When we think life is so easy that would be as easier as you riding a bicycle...just looking forward and never being afraid of falling from the bike and get hurts. I always thinking that everything can be so wrong so we can't handle it by ourself but at the same time actually we can do the most dangerous thing in our life just because we don't want to be in that scary situation.

People getting old but it's not always followed by getting more wise...me for example, in one condition that i feel it's not fix to me i can say anything about the situation without afraid of hurting somebody else. But in the same time i also can hiding what i'm feeling but when the bad thing happened to me, no body care about it and they can just say "it's not my bussiness, come on grow up dude, etc" and when we realised about that, it just late people.

I've been waiting for about 2 years for this moment and when it comes to me should i just relax, acting that nothings happened?oh bullshit guys...i can screaming aloud and showing to many people that i'm happy weather i really not sure it will be a better situations then before but i don't care i just feeling happy now why you want to take this feeling from me?
Actually it's not my fault but when i just shut my mouth up and waiting for my destiny it will be more difficult to face it and i can pass it and find another you know...

We have to change our paradigm first or maybe we can make the same framework about being a citizen and work for this country, we work for bigger thing rather than what standing in front of us and we're not kind of commodity that can be switched so easily, wake up people...We're not kid anymore we have our BIG DREAMS, our PASSIONS, our BIG ENERGY and nothing can obstruck our aspirations even though the Great Wall of China!

We have language, we can communicate, we can share anything so someday we can find the best sollutions for this country. So when we never do such kind of conversations please don't ruin my future. I can work as a individual but i prefer work as a team because we can build such a big thing in this country. For our Son...for our next generations.

Please...

 

Senin, 22 Oktober 2012

GERILYA

Gerilya




Sampah ya tahun ini bener-bener miskin pemikiran. Blog cuma keisi 4 tulisan sisanya cuma jadi draft yang ngga jadi dishare karena ragu buat sekedar share padahal otak juga otak gue, jari juga jari gue yang ngetik sendiri kenapa takut dikomenin orang ya?
Ngomong-ngomong tentang gerilya nih ya, kata-kata ini pasti zaman kita sekolah SD dulu di tahun 90an waktu masih ada pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) sering banget kita denger. Iconic banget Perang Gerilya dengan Jenderal Sudirman, tapi sebenernya ngga cuma Jenderal Sudirman aja yang menjalankan perang gerilya. Pejuang-pejuang kita di daerah-daerah juga melakukan perang gerilya karena mereka saat itu sangat minim dengan persenjataan tapi sangat menguasai medan pertempuran. Terus saingan dari Startegi perang gerilya apa?
Jawabannya udah jelas kalo ngga Benteng Stelsel ya strategi adu domba. Ini yang dipake sama orang Kompeni zaman dulu yang awal-awalnya berhasil tapi akhirnya gagal total. Atau ada juga yang lebih licik yaitu strategi ditipu seperti yang dialamin oleh beberapa pahlawan kita dulu. Maksudnya strategi ditipu itu awalnya diajak rapat sama kompeni trus diruang rapat tiba-tiba ditangkep atau malah ada yang langsung ditembak mati.
Strategi-strategi macam zaman susah dulu itu ternyata saat ini masih juga digunakan. Tujuannya intinya sama-sama ingin mencapai sebuah VICTORY, tapi VICTORY itu sendiri kan modelnya macem-macem ya?Ada yang mendapatkan kejayaan karena memang diperjuangkan dengan sepenuh hati, pantang menyerah, mau mengenal kekurangan diri sendiri dan memperbaikinya dan lain-lain. Sedangkan kejayaan dalam hal negatif justru sebaliknya, maunya singkat dan cepat, sepenuh hatinya dengan bermacam cara, gampang nyerah akhirnya cari jalan pintas macam membayar tilang di tengah jalan tanpa ikut pengadilan dan lain-lain.
Sekarang kita bahas yang Gerilya aja ya?Di dalam dunia kerja, ngga selamanya kita akan selalu berada di dalam Comfort Zone atau Zona yang nyaman. Maksud Zona nyaman ini bukan dalam artian sempit yaitu pada saat seseorang sudah menduduki jabatan tertentu maka dia enggan untuk beralih bahkan terkadang menjadi sangat parno alias paranoid kalo-kalo aja ada orang lain yang akan mengambil jabatannya. Comfort Zone disini bisa juga diartikan pada saat kita udah enjoy sama kerjaan kita tiba-tiba aja ada yang ngusik kenyamanan itu padahal kerjaan udah dibagi masing-masing. Selain itu ada juga orang yang senengnya ngusik privasi orang lain padahal kerjaannya sendiri belom selesai dan kalo udah selesai belum tentu juga bener.
Masalahnya apa kaitannya dengan gerilya itu tadi?emangnya kita mau perang sama siapa?apa yang diperjuangkan dan apa tujuannya?
Sekali lagi kita ngomong dunia kerja yang walaupun terlihat kompak bekerjasama tapi ambisi-ambisi terselubung siapa yang tahu?Persiapan lahir bathin sudah harus dimiliki sejak awal kita memasuki dunia kerja. Di dunia bisnispun seperti itu tapi karena bisnis bersifat perorangan atau antara orang-orang yang sebelumnya sudah terikat mungkin ngga akan terlalu berpengaruh. Jadi konsep gerilya dalam dunia kerja adalah pada awalnya menjadikan sebuah tujuan dari sebuah proyek sebagai musuh kita bersama yang harus kita taklukan. Sama seperti perang gerilya pasti ada yang memimpin, ada yang dijadikan umpan untuk menarik perhatian musuh, ada yang sengaja dikirim untuk bernegoisasi jika dimungkinkan, tapi yang jelas perang gerilya itu harus punya tujuan. Tujuannya adalah ya itu tadi, mencapai VICTORY dengan kemuliaan. Jangan pula gerilya dijadikan alat abadi atau seumur hidup terus bergerilya bisa-bisa ada satu titik jenuh yang membuat semua menjadi gagal total. Contoh kejenuhan gerilya itu yang paling fatal terjadi pada saat Che Guevara terus menerus melakukan perang gerilya untuk menyebarkan paham yang dia anut hampir ke seluruh wilayah Amerika Latin. Memang kemenangan demi kemenangan sudah diraih namun strategi yang digunakan karena terus menerus menggunakan tak-tik perang perang dan perang padahal ketika memenangkan sebuah peperangan kita perlu melihat terbukanya strategi lain sehingga rasa jenuh itu tidak terjadi.
Gerilyawan atau orang-orang yang melakukan gerilya itu memang pada awalnya berkelompok dengan dikomandoi oleh satu orang komandan, tapi para gerilyawan juga harus siap jika pada satu titik waktu harus berjuang sendiri karena tugas yang diberikan memang harus dilakukan sendiri. Atau dalam kondisi ekstrim dapat kita katakan bahwa seorang gerilyawan harus siap berjuang sendiri karena para gerilyawan lain terkonfirmasi dalam keadaan "mati".
Untuk kondisi kedua tadi, pilihannya ada 3 sodara:
1. Gerilyawan sejati akan terus berjuang hingga terdesak dalam kondisi dan akhirnya juga tertembak mati. Jenis gerilyawan seperti ini tidak ada yang memberi penghargaan karena memang tidak terbersit sedikitpun di otaknya untuk mendapatkan embel-embel penghargaan atau pengakuan sebagai pahlawan. Contoh dari gerilyawan ini sendiri adalah Che Guevara tadi. Che sendiri akhirnya tertangkap oleh pasukan tentara Bolivia sebelum akhirnya tewas di tangan Mario Teran seorang algojo yang sebelum mengeksekusi menanyakan terlebih dahulu kenapa seorang Che mau hidup menderita untuk sebuah prinsip yang dia sendiri tahu akan seperti apa nasibnya kelak. Dalam film yang pernah gue lihat, Sang algojo sempat tercengang mendengar jawaban dari seorang Che dari pertanyaan yang dia ajukan sendiri. Tapi Che dengan tegas mengatakan bahwa Sang Algojo harus melaksanakan tugasnya yaitu si Che sendiri dan dia akan mendapatkan kebanggaan karena telah mengeksekusi seorang pria sejati. Che mati dengan sembilan tembakan yang dilepaskan oleh Mario Teran. Ibarat para pecinta alam, Che adalah seorang "pembabat alas" yang hidupnya hanya melihat alang-alang yang merintang tetapi dia yakin ketika dia terus membabat alas tadi maka suatu saat orang-orang yang berjalan di belakangnya akan menyaksikan sebuah "cahaya terang" di waktu yang dia sendiri belum dapat menentukan namun diyakini akan terjadi.
2. Gerilyawan ini mendapatkan sebuah VICTORY atau kejayaan setelah menjalani perang gerilya yang dia lakukan sendiri. Tipe seperti ini hanya dimiliki oleh seorang pejuang dengan tingkat intelejensi tinggi dan keberanian di atas rata-rata. Kombinasi dahsyat tersebut dimiliki oleh seorang Fidel Castro yang tidak lain adalah kawan lama dari gerilyawan Che Guevara. Fidel adalah ahli strategi perang yang ciamik dengan peralatan yang sederhana. Saat bergerilya bersama Che, Fidel tidak hanya menjadi pemimpin dari sebuah sejarah perang gerilya paling sukses di dunia tapi juga dia sendiri yang mengatur strategi perang yang akan dilakukan pada saat itu. Pola pemikiran antara Che dengan Fidel memang kadang mengalami pertentangan tapi keduanya akan selalu menjadi sahabat. Che orang yang berpendapat bahwa strategi akan segera ditemukan pada saat kita sudah turun ke lapangan sedangankan Fidel berpendapat bahwa sebelum berangkat berperang kita sudah memaksimalkan amunisi yang tersedia walaupun bersifat sangat terbatas. Orang seperti Fidel akhirnya memimpin Cuba sepanjang sisa hidupnya. Prinsipnya untuk melawan kapitalisme dan imperialisme tetap dipegang teguh bahkan dia mampu menyebarkan virus-virus kejeniusan dan keberaniannya kepada beberapa pemimpin negara di dunia. Fidel dianugerahi dua hal tadi dengan prinsip anti kapitalisme sebagai pagar yang tidak boleh dia langgar. Dua keberhasilan Fidel tidak hanya memenangkan pertempuran gerilya tapi juga dia mampu melakukan kaderisasi kepada calon-calon pemimpin dunia lainnya. Kaderisasi Fidel biasanya diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata seperti menolak segala kebijakan atau sekedar diskusi-diskusi dari para agen-agen kapitalisme global atau bertemu dengan pemimpin lain kemudian sedikit demi sedikit menularkan virusnya. Fidel Castro gue anggap sebagai seorang developer sebuah paradigma hidup yang fundamentalis. Dia berjuang sendiri dengan cara yang jantan untuk mendapatkan sebuah tatanan kehidupan seperti yang dia harapkan dengan tanpa mengharap bantuan atau bahkan menjilat pihak lain untuk mencapai tujuan tersebut. Kalo tidak salah seorang Fidel Castro memiliki latar belakang pendidikan di bidang kedokteran.
3. Gerilyawan jenis ketiga adalah gerilyawan jenis kacangan dan akan mati dalam kesendirian.Kita akan sangat mudah menemukan jenis gerilywan seperti ini di zaman modern sekarang ini. Tipe ketiga ini tidak dapat disalahkan karena salah satu keunggulannya adalah dia akan menggunakan segala cara dan segenap daya yang dia punya untuk sebuah cita-cita yang hanya memiliki implikasi bagi dirinya sendiri. Bedanya dengan jenis gerilyawan jenis ke.2 adalah untuk gerilyawan jenis ke.3 biasanya berprinsip bahwa dia harus menjadi pimpinan terlebih dahulu baru dia berpikir akan mampu berbuat sesuatu padahal sebaliknya. Dia tidak melihat proses menjadi seorang pimpinan secara utuh atau bahkan dengan "kaca mata kuda" yang dia gunakan maka yang terpampang di hadapannya hanya sebuah tujuan yang akhirnya bersifat semu. Apa maksudnya tujuan yang bersifat semu?Yaitu pada saat tujuan sudah diperoleh kemudian orang-orang seperti ini akan mengalami kebingungan bagaimana cara melangkah ke depan bersama orang-orang yang berada di belakangnya. Tipe gerilyawan instan ini akan mati dimakan zaman atau bahkan mati dimakan oleh orang-orang yang berjalan di belakangnya karena mereka justru berpikir bahwa gerilywana instan yang sudah menjadi pimpinan ini hanya menjadi penghambat bagi berjalannya sebuah perkumpulan dengan sebuah tujuan yang tidak mampu digambarkan secara utuh kepada orang-orang yang dia pimpin. Untuk gerilyawan tipe terakhir ini tidak perlu saya berikan contoh tapi yang jelas mereka hanya punya-punya setinggi langit-langit rumah. Mereka terhalang oleh genting-genting yang tersusun rapi dan merasa cukup puas hanya sampai di situ. Padahal untuk gerilyawan lain justru akan memecahkan susunan genting-genting tadi karena mereka yakin ada yang jauh lebih tinggi dan lebih indah daripada tingginya langi-langit rumah.

So...jadi...ketika kamu bernasib menjadi seorang pekerja kantoran atau yang kerennya disebut sebagai karyawan, mumpung masih muda ada baiknya kamu mulai memikirkan hal-hal sepele di atas. Untuk para pimpinan yang saat ini sukses menjadi Gerilyawan Instan dan menikmati kondisi tersebut ya silahkan saja. Atau kalo dirasa menyesal dan ingin berubah pada dasarnya masih ada waktu. Minimal seperti dalam Filim Kicking and Screaming maka para Gerilyawan Instant ini harus berani mengatakan dengan tegas "HEY, KALIAN SUDAH LIHAT APA YANG SUDAH SAYA KATAKAN SELAMA INI...OLEH KARENA ITU MULAI SEKARANG SAYA MEMERINTAHKAN KALIAN HARUS MELAKUKAN SEMUA HAL YANG BERLAWANAN DENGAN APA YANG SUDAH SAYA KATAKANN SEBELUMNYA! MARI BERSENANG-SENANG!"



Cititel Hotel Room 632, Pekanbaru 23102012 Pkl.10.25

Minggu, 09 September 2012

"Devotion" dalam pandangan sempit



The price of a devotion 


Devotion, atau dalam bahasa Indonesia berarti "Pengabdian". Kalo ditanya, siapa yang berhak mengeluarkan keputusan bahwa seseorang telah mengabdi atau belum itu jawabannya apa? Kalo pakai parameter, maka seseorang dikatakan telah mengabdi itu karena telah melakukan apa..apa..dan apa?

Penting nih...ada yang bilang sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil, pengabdian itu berarti
1. Sudah lama bekerja (bekerja apa berstatus ya?) sebagai PNS.
2. Jangan pernah sekali-kali mengukur kinerja dengan pendapatan yang diterima.
3. Disiplin menaati segala peraturan yang tertulis dan tidak tertulis (rada absurd)
4.dll (isi sendiri)

Kalo sudah tahu jawaban dari 2 pertanyaan di atas mungkin bisa di share ke saya biar saya tahu bagaimana caranya mengabdi untuk negara ini.

Saya merasa sangat khawatir dan sangat takut untuk men-judge seseorang telah mengabdi atau belum cukup mengabdi atau bahkan belum mengabdi meskipun suatu saat saya anggap sudah cukup memenuhi beberapa kriteria di atas.

Saya juga sebenernya menertawakan dalam hati kalo seseorang mencontohkan dirinya sebagai figur yang dianggap telah mengabdi atau berdedikasi terhadap negara ini.

Bahkan Soekarno atau Hatta atau Jenderal Soedirman sekalipun tidak akan meng-klaim dirinya telah mengabdi secara utuh terhadap negara ini.
Bahkan Muhammad SAW masih terus bertanya apakah dirinya telah cukup mengabdi kepada Allah SWT.

Bicara tentang pengabdian, ibarat bicara tentang kita menebar tinta atau mencoba menetralkan rasa air laut dengan berbagai macam teknologi filterisasi.

Pengabdian itu, bicara tentang rasa.

Rabu, 01 Agustus 2012

Dibalik N.A.N.A.R *9



Aku kecil beriring berpadu
Tak mampu melangkah belajar bertitah
Layaknya laut...luas, dalam dan membiru
Tak ada hasrat bergerak dan berkata latah
Aku kecil beriring berpadu
Melawan takdir besar dan kokoh
Angkuh dan acuh
Aku kecil, esok ku tetap kecil

Diorama 9 : ENERGI

Menjadi pecundang saat ini tak berarti tetap pecundang untuk masa yang akan datang. Atau lebih sederhana lagi, menjadi pecundang di sini, bisa jadi menjadi panutan di tempat lain. Begitulah hidup seharusnya terpikir, tidak sempit namun luas dan beraneka warna. Begitu seharusnya orang tua mengajak putra-putri kecilnya menjalani kehidupan kemudian tumbuh menjadi dewasa.

Rohman terlahir di sebuah kampung kecil yang merupakan bagian dari besarnya ibu kota di waktu itu. Jalanan kampung masih becek karena belum teraspal dan di sana-sini masih terlihat tumpukan tanah lempung yang biasa dijadikan anak-anak pada saat itu untuk bermain karena masih banyak tanah yang lapang di pertengahan tahun 90an.

Bermain kelereng, gobak sodor, batu tujuh dan juga...perang lempung adalah mainan favorit anak-anak kecil di kala itu. Ramai, riuh, friksi-friksi kecil antar bocah yang terjadi akibat kecurangan saat bermain dan celotehan-celotehan konyol berupa jurus-jurus maut yang diucapkan oleh seorang bocah dan membuat bocah-bocah lainnya tersugesti dan meyakini bahwa "jurus-jurus maut" tersebut mampu membuat seseorang menjadi lebih mahir bermain ketimbang bocah lainnya, adalah slide sejarah yang tak lekang di makan zaman.

Mungkin di kampung lainnya bocah-bocah kecil juga memiliki lukisan sejarah masa lalu yang tetap tersimpan di dalam memori kecil dan tidak sedikit dari mereka mampu mencicipi megahnya kehidupan di ibu kota karena kegigihan mereka meraih cita-cita tersebut.

"Hei Rohman, apa yang kau cari di dunia ini?" Seorang bapak-bapak berkulit keriput dan rambut yang sudah memutih dengan hanya mengenakan kaos kutang dan celana pendek yang notabenenya adalah tetangga samping rumah Rohman tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang gampang-gampang susah saat Rohman mampir ke warung di depan rumah membeli cokelat beng-beng cemilan kesukaannya.

"Iya, Pak Petrus?" Rohman berjalan mendekati bapak tua tadi.
"Aku melihatmu berangkat kerja agak siangan dan aku...tidak pernah melihatmu pulang di malam hari hingga esok hari aku melihatmu kembali berangkat kerja agak siangan." Pak Petrus mengambil nafas sesaat karena mengeluarkan kalimat yang agak panjang.
"Saya hanya menjalankan apa yang menjadi kewajiban saya Pak. Saya pulang dari bekerja juga karena saya anggap kewajiban saya di hari itu sudah selesai." Jawab Rohman sambil duduk di bangku semen di samping Pak Petrus.
"Ayo ikut aku !" Pak Petrus mengajak Rohman ke arah rumahnya yang selama ini menjadi misteri bagi tetangga-tetangga.

Petrus Edward, lingkungan mengenalnya sebagai seorang dosen di sebuah universitas swasta di Jakarta, mengajar mata kuliah Sastra Rusia dan pernah menikah sekali dan istrinya sudah meninggal 20 tahun lalu. Sepeninggal istrinya, Pak Petrus sama sekali tidak memiliki sanak saudara karena kebetulan selama pernikahannya, dia tidak pernah memiliki putra.

"Silahkan masuk Rohman, duduk di sofa sana anggap rumah sendiri dan berlakulah senyaman mungkin!" Pak Petrus mempersilakan Rohman duduk di atas sofa yang sangat nyaman, berlapis bludru berwarna biru gelap dan terlihat seekor kucing persia dengan bulu lebatnya tertidur di atas sofa tadi.

"Wow, Bapak pelihara kucing rupanya? Seumur-umur saya menjadi tetangga Bapak saya pikir Bapak benar-benar hidup sendiri?" Rohman akan selalu tertarik dengan yang namanya kucing. Di rumahnya selalu ada saja kucing yang tiba-tiba bermain entah dari mana. Terakhir kucing peliharaannya mati dan bangkainya ditemukan teronggok di selokan depan rumah Pak RT. Rohman tak mampu melihat karena tidak tega melihat kucing kesayangannya mati dengan sangat mengenaskan. Ada yang menyiksa kucing Rohman yang bernama Gandrung dan telah dipeliharanya 4 tahun terakhir. Setelah Gandrung pergi, hanya berselang 2 hari ada kucing yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah Rohman dan kucing itu tiba-tiba pula bersikap manja terhadap Rohman. Kemudian Rohman memberinya nama Bejo...tidak perlu ditanya darimana inspirasi nama tersebut diperolehnya.

"Itu Luce, sahabat sejati saya yang mungkin akan menemani sisa hidup saya." Pak Petrus memperkenalkan kucingnya yang bernama Luce kepada Rohman.
"Apa dia jinak?" Rohman menyelidik.
"Aku pikir kamu tidak perlu menanyakan hal tersebut. Aku tau seumur hidupmu selalu ada kucing yang kamu pelihara. Bukan begitu Man?" Pak Petrus membawakan sekotak camilan berisi coklat bertabur choco chip dan secangkir coklat panas.
"Wah Pak Petrus tau rupanya?hahaha...Saya memang pecinta kucing dan Bapak tau?Pernah saya tidak keluar kamar selama satu minggu karena kucing kesayangan saya mati diracun orang dan bangkainya ditemukan di atas loteng rumah saya." Rohman langsung mengelus-elus Luce yang sangat menggemaskan.
"Ponirin!" Pak Petus bergumam pelan.
"Ya betul...Ponirin. Pak Petrus tau juga rupanya?"
"Ponirin itu kucing pintar, setipa pagi dia ke rumahku untuk sekedar membuat gaduh. Mungkin maksudnya ingin membangunkan kami." Pak Petrus tersenyum. "Hal yang tidak mungkin aku lupakan dari Ponirin adalah, dia selalu menemani istriku di rumah ketika aku sedang dinas."

27 Tahun Rohman bertetangga dengan Pak Petrus tapi dia tidak mengetahui sama sekali hal tersebut. Hal itu membuat Rohman bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ingin Pak Petrus sampaikan di sore itu.
 
"Rohman, bagaimana kabar pekerjaanmu?Baik-baik sajakah?" Pak Petrus kembali mengeluarkan sebuah pertanyaan yang menurut Rohman itu bukan urusannya.
"Maaf Pak, menurut saya ini aneh karena kita belum pernah terlibat percakapan seperti ini sebelumnya?" Rohman menyela pertanyaan Pak Petrus.
"Rohman, aku tau apa yang menjadi pekerjaanmu sekarang. Masa aku kerja dulu juga sepertimu. Kamu tau apa yang akan dilakukan oleh negara ini tapi kamu coba menutupinya kepada semua orang yang bertanya kepadamu. Bahkan kita harus selalu bersandiwara dengan keluarga di rumah karena mereka tidak akan pernah mengetahui dan tidak akan pernah percaya bahkan ketika kita berbicara tentang sesuatu hal yang serius, buka begitu?" Pak Petrus bertanya serius.

"Apa yang dapat saya peroleh dari percakapan semacam ini?" Rohman apatis.
"Begini Rohman, tidak ada yang akan mengatakan kondisi saat ini adalah kondisi yang terbaik dan diharapkan oleh kita semua."
"Kita semua?" Rohman bingung.
"Iya kita semua, kondisi yang membuat kita tidak mampu untuk sekedar bermimpi apa yang akan kita lakukan untuk penerus kita ke depan." Pak Petrus merangkul Luce, kucing kesayangannya dan meletakannya di atas pangkuan.
"Oke Pak, saya coba memahami apa yang akan kita diskusikan." Rohman mulai serius. "Mengapa jadi begini?Salahkah sistem yang selama ini kita bangun?" pertanyaan pertama keluar dari mulut Rohman.

Pak Petrus meninggalkan Rohman, mengambil sebuah bingkai foto di laci lemari jati di pojok ruangan kemudian meminta Rohman untuk melihatnya.

"Siapa ini Pak Petrus?" Rohman bertanya sambil melap bingkai foto dengan bahu tangan.
"Itu saya sekitar tahun 70an awal, saat itulah karier saya dimulai."
"Karier? Saya pikir selama ini Bapak seorang dosen lalu mengapa di foto ini Bapak mengenakan seragam layaknya bodyguard?"
"Saya bukan dosen dan tidak pernah sekalipun mengajar...kalau sekedar presentasi di depan para prajurit mungkin sering saya lakukan."
"Lalu siapa Bapak sebenarnya? Apa Bapak seperti yang selama ini saya pikirkan?"
"Apa yang kamu pikirkan selama ini?" Pak Petrus mendengarkan serius.
"Saya selalu berpikir Bapak ini seorang In.."
"Salah!Jangan pernah sekalipun kamu berpikir bahwa saya apa yang seperti kamu pikirkan." Raut wajah Pak Petrus berubah serius.

"Saya hanya pengabdi...saya abdikan seumur hidup saya untuk bangsa ini." Pak Petrus memandang jauh ke langit-langit ruangan.
"Saya pikir Bapak mengabdi untuk pemimpin saat itu, heh..." Rohman senyum menyelidik.
"Cerdas pula rupanya kau Rohman, tapi tidak secerdas saya dulu."
"Itu menurut Bapak, minimal saya sudah mampu melepaskan diri saya dari lingkungan setan ini. Anak putus sekolah, kekerasan dalam rumah tangga, tawuran warga, penyalahgunaan NARKOBA dan segala macam kebusukan yang ada di lingkungan ini berhasil saya hindari.
"Oke, saya sudah melihat potensi itu sejak kecil."
"Bapak sok tahu! Waktu saya kecil Bapak sama sekali tidak pernah terlihat oleh kita para tetangga di sini bagaimana Bapak mampu memprediksi akan seperti apa saya sekarang?"
"Kamu mungkin tidak melihat saya, tapi saya?Saya ingat saat Bulan Puasa pagi hari kamu bermain bola akan tetapi kamu tetap puasa hingga maghrib tiba. Saya ingat sewaktu kamu SD hingga SMP tiap pagi kamu sudah dijemput oleh mobil jemputan sekitar Pkl.05.00 karena kamu dijemput pertama kali sebelum murid yang lain. Saya lihat kamu lebih memilih motor Vespa disaat murid SMA lain memilih motor bebek atau motor "lelaki" untuk menarik lawan jenis, dan saya masih melihat hal lain yang tidak saya lihat di anak remaja lain seumuranmu."
 "Oke...jadi selama ini Bapak memata-matai saya?Saya jadi merasa risih sendiri, apa yang Bapak harapkan?Bapak menyukai saya?" mata menyelidik.
"Jaga ucapanmu!" Pak Petrus naik darah.
"Lalu?"
"Saya mencoba mencaritahu apa yang dapat saya pelajari dari kamu." Pak Petrus berdiri mengambil album foto yang diselimuti debu di atas rak TV dan memberikannya kepada Rohman.
"Apa yang dapat Bapak pelajari dari saya?Semakin tidak paham saya dengan percakapan ini?" Rohman membuka-buka halaman demi halaman album foto tua yang diberikan Pak Petrus.
"Saya ingin mempelajari ketidakkonsistenan kamu dalam menjalani hidup." Pak Petrus menjawab singkat.
"Ketidak..."
"Iya...apa menurutmu hidupmu sudah cukup teratur?Justru ketidakkonsistenan mu membuat kamu bertahan bahkan saya anggap kamu memiliki potensi besar suatu saat."

"Pak Petrus ini siapa?Jangan bilang ini Jenderal..." Tanya Rohman sambil menunjuk salah satu foto kusam di dalam album.
"Iya. Tapi dulu belum jadi Jenderal. Dulu berjuang bersama saya...hingga saya merasakan adanya perbedaan visi dalam menjalani perjuangan itu sendiri." pandangan kosong ke depan.
"Perbedaan visi itu.."
"Baru ditemukan setelah 10tahun bertugas bersama." jawab Pak Petrus singkat.
"Bagaimana kalo perbedaan visi ditemukan di awal-awal  perjumpaan?"
"Aha...sudah mulai terhubung kita rupanya?" mendadak mimik wajah Pak Petrus menjadi semangat.
"Sudah, jangan terlalu banyak menyamakan kondisi kita terlebih dahulu Pak!Tolong dijawab pertanyaan saya tadi?" dahi mengernyit.
"Saya hanya bisa menjawab, beri waktu sepenggalan nafas untuk menjawab tegas."
"Oke..." Rohman membalas singkat.

Masih dalam suasana yang tidak tergambar jelas maknanya, keduanya saling diam. Rohman masih melihat-lihat sekeliling ruangan yang diliputi dengan berbagai misteri. sementara Pak Petrus sibuk mengelus-elus Luce yang terlihat tenang berada di pangkuan Pak Petrus.

Selang 5 menit tanpa suara, Pak Petrus menatap tajam ke Rohman seraya berkata perlahan dengan suaranya yang mendadak parau.

"Rohman dengarkan saya!" Tangan Pak Petrus menarik bahu Rohman untuk meminta perhatian. "Bagaimana alam ini dalam waktu dekat kamu gambarkan?"
"Maksud..."
"Jawab saja!" Pak Petrus mengencangkan remasan di bahu Rohman.
"Alam ini...berkabut mungkin?" bahu Rohman mengangkat tanda tidak begitu yakin.

"Dengarkan saya...kamu..bertahan saja dulu. Alam menunggu momentum, Rohman!" perlahan melemahkan remasannya. "Kita tetap jernih menatap waktu dan bersabar!"


"Siap Jenderal!"




Minggu, 15 Juli 2012

Para Penyapa Pagi




Para Penyapa Pagi


Jika kamu tinggal di Kota Jakarta dengan segala kehingar bingarannya. Atau sekedar tinggal di salah satu perkampungan di Kota Megapolitan itu sendiri. Coba sesekali bangun di pagi buta dan perhatikan. Sayup-sayup terdengar suara satu...dua...kemudian saling berpadu beriringan menyambut pagi. 

Ashshala...
Ashshalatu khoirun minannaum...

 Kata-kata itu sendiri berarti "Shalat itu lebih baik daripada tidur." Sederhana namun lugas, sederhana namun mengena di dalam hati.

Beberapa pekan terakhir entah mengapa saya bangun selalu terlambat sekitar Pkl. 06.00 atau bahkan lebih. Saya pikir tidak ada yang salah dengan jam tidur saya yaitu Pkl. 23.00. Terus terang terlambatnya saya bangun di pagi hari membuat saya gelisah karena ketika kamu membuka jendela kamar dan melihat matahari sudah mulai meninggi maka perasaannya akan berbeda ketika bangun di pagi hari suasana di luar masih agak gelap atau matahari baru saja akan muncul.


Dulu ketika saya masih aktif di organisasi mahasiswa, saya sering kali diminta untuk menjadi pembicara (motivator) di depan adik-adik tingkat. Saran yang tidak pernah lupa saya sampaikan adalah Jam berapapun kalian terbangun di pagi hari, maka jangan sekali-kali kalian meninggalkan Sholat Subuh. Satu alasan pasti yang saya sampaikan pada saat itu adalah, ingin menjadikan Sholat Subuh sebagai rasa bersyukur kita kepada Sang Maha Pencipta karena sudah diberi kesempatan untuk bangun kembali di pagi hari dan kembali berjuang, berupaya mencari Ridha Allah SWT yang tersebar di seluruh alam ciptaan-NYA ini.


Hal ini tidak sembarangan saya cermati. Sewaktu saya kuliah di Kota Malang, kebetulan kota itu hampir setiap paginya diselimuti cuaca yang dingin dan di bulan-bulan tertentu cuacanya sangat dingin saya rasakan (pernah di suatu siang sekitar Pkl.13.00 saya melihat di thermometer yang tertempel di kamar kos, suhu saat itu menunjukkan angka 22 derajat celcius). Sejalan dengan cuaca dingin yang selalu meliputi Kota Malang, sejak SMP saya juga menderita alergi cuaca dingin dan debu sehingga menyebabkan saya terkena sinusitis yang sangat menyiksa. 


Namun dibalik penyakit yang saya derita itu ada hikmah yang saya peroleh. Saya tidak pernah bangun terlambat di pagi hari karena ketika teman sekamar kos saya bangun dan membuka pintu kemudian suhu dingin seketika masuk ke kamar saya, maka secara otomatis alergi saya akan kumat dan dalam sekejap hidung saya akan meler dan bersin terus menerus.


Setelah dua tahun saya menjalani masa kuliah dengan pagi hari selalu disertai dengan bersin-bersin itu, hal aneh baru saya sadari yaitu...bersin-bersin saya otomatis akan hilang setelah berwudlu kemudian menjalankan ibadah Sholat Subuh. Ini serius...biasanya setelah berwudlu saya masih bersin-bersin bahkan tambah sering, namun setelah memulai Sholat Subuh seakan tubuh ini mencoba untuk menyesuaikan diri dengan suhu di sekitar sehingga menimbulkan panas yang kemudian saya tidak bersin-bersin lagi. 


Sebelum saya membuktikan hal lain terkait penyakit sinusitis saya ini saya coba akan ceritakan satu hal terkait kebiasaan buruk saya selama berkuliah di Kota Malang. Mungkin bukan hanya saya (silahkan dicek...) setiap saya mendapat jadwal kuliah pagi atau tepatnya Pkl.07.00 maka saya tidak pernah mandi pagi karena selain kondisi tubuh yang tidak berbau karena badan yang kering, kondisi air di Kota Malang setiap paginya akan terasa sangat dingiiin sekali. Namun kebiasaan saya itu ternyata berdampak kurang baik terhadap tubuh karena selama saya menjalankan kebiasaan buruk itu pula penyakit sinusitis dan batuk saya tidak kunjung sembuh.


Di bulan-bulan akhir masa kuliah, saya memutuskan untuk tinggal di rumah Pakde saya yang masih berada di Kota Malang namun memerlukan waktu yang lebih lama untuk sampai ke kampus yaitu sekitar 45 menit. Oleh karena itu saya terpaksa mempercepat waktu tidur saya di malam hari sehingga paginya dapat terbangun lebih pagi yaitu sekitar Pkl.05.00 dan itupun sudah cukup telat karena matahari sudah muncul sekitar Pkl.04.30. Selain mempercepat waktu bangun tidur, saya juga harus menjadi contoh bagi sepupu-sepupu saya yang masih duduk di bangku SD yaitu dengan mandi pagi, WALAH...


Awal-awal kepindahan saya ke rumah Pakde ini terasa sangat menyiksa karena saya khawatir penyakit sinusitis saya akan bertambah parah. Tapi pandangan itu berubah 180 derajat karena sebuah kejadian langka di pagi hari. Langka karena sudah lama saya tidak melihat seorang bangun Pkl.02.30 kemudian melaksanakan Sholat Tahajud dan lanjut dengan tadarus hingga waktu Subuh datang. Setelah melakukan Sholat Subuh di masjid atau tepatnya masih Pkl.04.20 orang tersebut langsung mandi pagi berjalan-jalan di sekitar komplek. Orang itu adalah Pakde saya sendiri yang saat itu sudah berusia 65 tahun.


Hari-hari selanjutnya tidak jauh berbeda, Pakde tetap melakukan rutinitas yang sama dan anehnya Pakde masih terlihat sangat bugar bahkan ketika harus mengantar putranya dari istrinya yang terakhir yang masih duduk di bangku SD. Saya sendiri mendapat tugas mengantar putri Pakde yang sekolahnya berbeda.


Sejak saat itu saya mulai meniru kebiasaan Pakde untuk bangun dan mandi pagi. Beberapa benefit saya dapatkan sejak saat itu yaitu selain tubuh saya lebih fresh, saya lebih lancar mengerjakan skripsi dan secara tidak sadar berangsur-angsur saya tidak lagi bersin-bersin di pagi hari. 


Oke, kembali ke cerita awal tentang orang-orang yang bangun di pagi buta kemudian menuju masjid dan menyerukan ASHSHALAAAH...ASHSHALATU KHOIRUN MINANNAUM... tadi. Pertanyaannya adalah, ketika saya begitu banyak mendapat benefit pada saat bangun pagi kemudian Sholat Subuh dan mandi pagi, maka pastinya orang-orang yang berseru tadi akan mendapat lebih banyaaaaaak kebaikan daripada yang saya terima. Orang-orang tersebut tidak hanya berseru untuk dirinya sendiri akan tetapi juga untuk SELURUH UMMAT MUSLIM di sekitar mesjid tempat mereka berseru. Berseru untuk Sholat Subuh berjamaah karena sesuai dengan cerita-cerita yang sering kita dengar bahwasanya Kaum Yahudi tidak akan takut terhadap Ummat Islam kecuali pada sat Sholat Subuh, shaf-shaf di masjid terisi penuh oleh para orang yang melaksanakan Sholat Subuh secara berjamaah.


Jadi sekali lagi saya hanya ingin mengingatkan, ketika mendengar suara berkumandang di pagi hari untuk menyerukan Sholat Subuh maka bersegeralah untuk bangun dan jangan ditunda-tunda atau malah kembali tertidur karena dapat dipastikan Sholat Subuh akan terlambat dan kebaikan-kebaikan lain tidak jadi kita peroleh seperti apa yang saya rasakan saat ini. Setelah saya sadari, kondisi saya yang akhir-akhir ini bangun terlambat kemungkinan ada dua hal, yang pertama: kemungkinan besar saya terlalu memforsir diri saya ketika bekerja di kantor untuk suatu hal yang tidak pasti selain gaji tiap bulan yang saya terima atau hal kedua yang lebih saya takutkan yaitu...karena saya terlalu banyak melakukan dosa sehingga Allah SWT enggan membangunkan saya pada saat adzan Subuh berkumandang bahkan membuat saya terbangun terlambat sehingga kebaikan-kebaikan itu tidak saya peroleh, naudzubillah...


Oleh karena itu, sungguh beruntung orang-orang yang berkesempatan untuk menyerukan sesama ummat Islam di pagi hari untuk melaksanakan Sholat Subuh berjamaah karena berpuluh-puluh kebaikan pastinya akan mereka terima. Mereka-mereka itulah yang kemudian kusebut sebagai Para Penyapa Pagi, penyapa anugerah dan awal dari segala keberkahan di muka bumi.