Love If You're in Love
Cry If You're Hurt
Smile If You're Happy
Don't Grow Old, just Grow Up
Make Mistakes, and Learn from Them
-Patricia Briggs-
Lama tidak mengunjungi kotak curhat ini.
Lebih dari setahun sudah kembali ke peradaban setelah sebelumnya menimba ilmu di Gunung Gede (haha...)
Well, nampaknya apa yang saya impikan sesaat sebelum kembali ke Indonesia, atau tepatnya saat gw menatap kosong ke jendela besar di dalam ruang tunggu Bandara Schipol, belum sepenuhnya terwujud. Lebih tepatnya progress mewujudkan mimpi saat itu sangat-sangat berjalan lambat.
I can accept that people don't care with I already achieved, however, I also have a right not to care about what other people said.
Asli ini sifat terburuk gw banget sih alias cuek mampus sama kondisi sekitar. Tapi sebenernya bukan ngga peduli, tapi in my opinion gw lebih baik peduli terhadap hal-hal lain yang memang butuh untuk dibantu daripada orang-orang sekitar yang sudah berjalan mapan.
Gw ngga pernah habis pikir sih, kalo lo terus khawatir bahwasanya orang yang sudah hidup dengan mapan, pekerjaan dan gaji yang sanat cukup kemudian orang tersebut datang merengek dan kembali meminta untuk ditambahkan pundi-pundi keuangannya. Kalo memang itu keadaanya, gw pikir ada yang salah dengan kaca mata yang kalian gunakan. Atau mungkin lebih parah lagi, otak dan hati lo perlu di Ketok Magic barangkali?
Itulah kondisi kita saat ini, yang kita lihat di depan mata, yang terus menerus hadir untuk meminta, maka itulah yang kita tanggapi pertama kali. Kita kadang berbuat curang dengan nurani kita sendiri dan tidak pernah berpikir bahwa hanya ada 2 hal yang membuat orang berani untuk mengatakan sesuatu atau berbuat sesuatu.
1. Orang yang memang pekerjaannya mengatakan sesuatu atau hobi meminta sesuatu;
2. Orang yang sudah sangat kpepet dan jika dia tidak mengatakan atau meminta sesuatu maka bisa jadi dia "kelaparan dan mati".
Bagaimana dengan orang yang menjaga harga diri dengan tidak meminta dan juga dengan mereka yang memang sangat-sangat takut untuk meminta karena nanti hasilnya tidak sesuai yang diharapkan atau bahkan lebih buruk lagi...
Mendapat hinaan. How about that?
Once kita punya wewenang atau kekuasaan, maka gunakan kekuasaan itu dengan baik dan bertanggungjawab. Tidak perlu orang lain yang mengingatkan untuk melakukan kedua hal tersebut karena pada akhirnya kita sendiri yang akan menanggungnya.
Ujian berat saat gw kuliah di negeri orang adalah saat gw harus melawan diri gw sendiri. Melawan untuk tidak malas, bangun pagi, belajar yang super giat, berhenti berkhayal liburan dulu baru belajar, stop menganggap bahwa beli sesuatu barang yang kita inginkan akan menjadi obat hati untuk kembali berjalan di track yang benar.
But I Thought at that time, if I have passed those test I will win everything as well.
Faktanya tidak seperti itu karena itu baru langkah awal kehidupan lo.
Ujian terberat selanjutnya adalah....start to think about other people that needs your help...like literally need your help!
Gw sangat yakin banyak orang yang bisa kita bantu atau kebalikannya, butuh bantuan kita. Tapi ibarat menampah beras, kita harus bersihkan kerikilnya agar saat dimasak, kita bisa makan nasi yang enak. Jadi penyaringan itu yang perlu kita laksanakan.
Ini memang tidak mudah karena semakin dewasa pasti kita akan terus berpikir, siapa yang benar-benar dapat kita percaya atau sebaliknya. Semua memang tidak dapat dipercaya. Itu sebuah pilihan hidup.
Klise mungkin berbicara tentang pilihan hidup atau memilih siapa yang perlu dibantu terlebih dahulu. Tapi itu yang gw sebut the next level of life test. Tidak perlu pusing dipikirkan, yang pasti kita harus menjalaninya.
Gw ngga akan memberi contoh karena contoh orang lain mungkin jauh lebih berharga daripada apa yang gw hadapi. Tapi yang jelas pemilihan prioritas tentang apa yang harus dilakukan serta siapa yang harus dibantu itu yang menjadi poin. Misal prioritas lo di pagi hari, bangun pagi, beres-beres, berangkat kerja pagi supaya tidak macet dan masih fresh. Faktanya, istri minta diantar beli sarapan, anak minta diantar ke sekolah. Maka kita harus bisa merencanakan semua dengan baik karena ternyata semua adalah prioritas. Dalam kasus ini solusi yang bisa dilakukan mungkin, lo harus bangun lebih pagi, cari jalur terdekat dan tercepat untuk lo anter istri beli sarapan dan akhirnya mengantar anak ke sekolah. Bisa jadi semua tidak terlaksana atau meleset dari yang dilaksanakan semisal, pada akhirnya lo terlambat masuk kantor, sarapan yang mau dibeli istri lo tidak ada dan ternyata anak lo juga masuk kesiangan. Oleh karena itu hari berikutnya kita harus buat plan yang lebih baik dengan skala prioritas yang lebih rinci. Tapi jangan lupa diri lo juga dimasukan ke dalam skala prioritas tersebut.
Nah, dari contoh di atas misalkan ada tambahan permintaan tolong seperti ada tetangga meninggal atau tetangga minta diantarkan ke RS karena tidak ada kendaraan yang bisa mengantar dengan segera, maka kembali lo harus memutar otak dan begitu seterusnya.
Jadi sekali lagi, kalo kita bisa bantu orang maka segerakanlah karena akan banyak kebaikan dari kesegeraan tersebut. Tapi kita juga harus dapat memilah siapa dan apa yang dapat kita bantu agar tidak salah sasaran. Jika kita sudah bisa mengambil pelajaran dari hal-hal tersebut, di situlah kita akan memulai babak baru petualangan dalam hidup kita.
Sari Pan Pacific Hotel, 4 Oktober, 2018.