Rabu, 30 September 2020




Patah Hati 


Tahun 2020 apa bisa di-fix kan menjadi tahun "Patah Hati"? ya meskipun ngga semua bisa dikategorikan buat menghela napas sih.

Maret 2020 semua bermula, berita Covid 19 sudah mulai menyebar dan membatasi ruang gerak kita, termasuk keluarga kecil gue. Saat PSBB pertama ditetapkan, gue yang notabenenya emang anak rumahan dari dulu ya ngga masalah, tapi beda dengan anak gue yang pertama dan istri gue.

Anak gue si Gaza yang tiap pagi semangat berangkat ke sekolah, awal-awal pandemi bingung sendiri dia kenapa mendadak sekolah distop. Padahal Miss nya di sekolah udah woro-woro persiapan pesta perpisahan setelah lulus kelas Kindy B alias TK 0 besar (terserah istilahnya apa). Tapi gue sempet protes juga anak masih TK biaya pesta kelulusan per-orang diminta Rp.1.500.000 serasa mau open table aja tiap murid wkwkwk...

Tapi Gaza akan merasa paling patah hati seumur hidup karena adanya pandemi. Tahun lalu dia bilang ke gue ulang-tahunnya dirayain tahun depan aja jadi uangnya ditabung dulu buat beli kue yang bagus sama bisa kasih hadiah buat teman-temannya. Tapi di tahun berikutnya, mimpinya benar-benar sirna karena pandemi, dan gue sempet berpikir kasihan juga anak gue ngga punya foto ulang tahun waktu sekolah TK.

Ada kejadian paling pathetic sih di awal pandemi yang dialami keluarga kecil gue. Bisa dibayangin pemasukan berkurang, lagi ada pandemi, di Jakarta lagi PSBB, tiba-tiba Ibu pemilik kontrakan gue minta dibayar kontrakannya setahun. Gue sama istri cuma bisa ketawa dan mulai mengeluarkan toxic di pembicaraan kita berdua dengan menyangka bahwa pemilik kontrakan gue ini terinduksi Coronce di tempurung lututnya. Patah hati kedua di tahun 2020.

Permasalahannya istri gue dendaman orangnya mirip kaya gue. Jadi saat si pemilik kontrakan nagih uang kontrakan (padahal masa kontrakan masih sisa 2 bulan), langsung esmosi si Nyonyah seperti disepelekan. Ngga pake lama, 2 hari setelah ditagih, istri gue beli kardus sisa packing rokok terus semua barang dimasukin kardus dan minta kita sekeluarga segera pindah ke rumah yang tahun lalu gue beli wkwkwk...bini yang emosi gue yang mumet mikirin biaya renovasi rumah second yang gue beli.

walhasil setelah korak korek celengan babi, narik reksadana, jual koleksian (ngga sampe jual kidney untungnya), akhirnya alhamdulillah terkumpul sekian rupiah untuk kita bismillah pindah rumah ke Banten (siap-siap culture shock).

Singkat cerita gue dan keluarga udah pindah ke Banten dengan berbagai kisah roller coaster nya dan udah mulai adaptasi dengan lingkungan baru yang alhamdulillah tetangga gue charming banget. 

Kalo di urusan rumah tangga gue alhamdulillah sudah mulai berangsur kembali normal dan menuju baik, ya patah hati ternyata juga dirasain keluarga besar gue (nyokap, bokap, adik, kaka).

Nyokap gue yang guru ngaji udah dari Maret ngga dibuka pengajiannya. Ibu gue yang biasa ketemu orang banyak jadi di rumah aja wira-wiri. Bokap gue yang sakit saraf kejepit dan osteoporosis di usia lanjutnya, terpaksa kalo mau pemanasan cuma bisa di halaman rumah atau mentok pagi hari di gang rumah ngga bisa kemana-kemana yang biasanya berenang di kolam renang umum. Adik gue yang tahun lalu rencana mau kawin udah bayar hotel full terpaksa ditunda dan hampir gagal karena ada PSBB tahap 2 di Jakarta bahkan uang yang sudah dibayar dipotong 10% tanpa ada klausul perjanjian sebelumnya. Calon suami adik gue yang pekerja seni dan biasa kerja tour dari kota 1 ke kota lain sekarang bener-bener sepi job. Untungnya ada bisnis furniture ortunya yang membuat mereka bisa mulai bekerjasama untuk jualan furniture.

Kaka gue malah anomali. Kerja di RS sebagai admin membuat dia banjir rezeki. Pertama karena RS tempat dia kerja full pasien umum dan covid jadi sering lembur. Bonus juga dikasih karena saking banyaknya pasien. Ditambah lagi dana bantuan presiden, udah buat kaka gue yang wataknya mirip Mr.Crab di film Spongebob makin merajalela aja. Tapi untungnya masih sering nraktir anak-anak gue yang minta makan mekdi.


Once Jack Ma pernah bilang "Di tahun 2020 tugas kita hanya bertahan hidup" jadi mimpi-mimpi besar bisa disimpan dulu untuk diwujudkan nanti jika pandemi berhasil diatasi.

Gue 70% setuju meskipun kadang marah sendiri, tapi Tahun "Patah Hati" harus tetap kita hadapi dan lewati bersama dengan penuh optimis. Kita harus bisa jaga diri sendiri, keluarga inti dan keluarga lain yang terhubung baik secara langsung maupun tidak langsung, semoga Allah SWT selalu melindungi dan mencegah kita dari marabahaya.


Aamiin...


Banten, 30092020

(zaman bocah, hari ini 30 September mana ada yang berani keluar rumah)